Renungan Perjalanan Suci
Renungan ini saya dapatkan dari bunda kost saya yang baik hati dan sering
berbagi, entah itu berbagi makanan, maupun berbagi ilmu dan informasi. Saat
itu, mungkin masalah jodoh menjadi masalah yang sedang saya hadapi.
“Tenang mbak, masalah jodoh itu Cuma masalah waktu. Jika memang belum
waktunya untuk bertemu ya gak akan pernah ketemu.” Kata bijak yang dikeluarkan
oleh bunda kostku saat aku menceritakan kegagalan kisah cintaku.
“Menikah itu gak bisa hanya bermodalkan ‘aku cinta kamu, kamu cinta aku’.
Menikah itu komitmen seumur hidup. Jadi harus banyak pertimbangan sebelum
melangkah ke jenjang yang serius.” Tambah bunda kost.
Aku hanya terdiam dan tersenyum menunggu kata-kata mutiara yang akan
dikeluarkannya lagi.
“Kita, sebagai orang Islam, sudah punya contoh kriteria suami ideal seperti
yang dicontohkan Rasul. Yang bisa memimpin, menyayangi istri, melayani dan
membahagiakan istri-istrinya. Sini bunda pinjami ‘Sirah Nabawiyah’. Kenalan
dulu deh sama Rasul kita.” Ujarnya dengan kata-kata bijaknya.
Tak berapa lama, bunda kostku meminjamkan buku tebal bersampul hijau tebal
yang berjudul ‘Sirah Nabawiyah’. Ku buka buku yang tebalnya 600an halaman itu
dan kulihat isinya sebentar. Sepertinya bisa menginspirasi ku untuk bisa
mendapatkan seseorang yang bisa membimbingku ke jalan-Nya.
“Rasulullah itu adalah contoh suami yang sempurna. Bacaan ngajinya bagus,
bisa membimbing istri-istrinya untuk taat sama Allah, beliau juga tak pernah
meninggalkan kewajibannya dalam menafkahi dan memenuhi kebutuhan istri-istrinya
ketika beliau pergi berperang.” Wejangan yang masih setia dituturkan oleh bunda
kostku.
“Gak usah galau mbak soal jodoh, nih bunda juga punya renungan perjalan
suci pas bunda nikah dulu.” Bunda kostku mulai menyodorkan buku kecil belasan
lembar yang terpasang foto bunda kost dan suaminya saat menikah.
Aku pun kembali ke kamar kost ku yang berada di seberang rumah bunda. Bunda
adalah seorang yang bijak dalam hal apa saja. Dalam mengurus rumah tangganya,
bunda adalah seorang super mom yang mampu mendidik tiga anak perempuannya
menjadi anak yang sholehah, melayani katring dan pesanan lain dengan sabar, dan
menjadi istri yang selalu menjaga izzahnya saat suami pergi jauh mencari
nafkah. Suaminya bekerja di Surabaya, pulang ke rumah satu sampai dua kali
dalam sebulan. Sungguh
seseorang yang bijak yang bisa aku jadikan contoh sebelum aku benar-benar
menemukan seorang pangeran yang membawaku ke jalan-Nya.
Ku mulai buka renungan kecil itu dan kubaca pelan-pelan, subhanallah, hanya itu yang bisa aku
tuturkan.
***
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Ruum: 21)
Ayat ini ditempatkan Allah pada rangkaian ayat
tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, tentang tegaknya langit,
terhamparnya bumi, jatuhnya air hujan, gemuruhnya halilintar, dan misteri
proses penciptaan manusia. Dengan ayat ini Allah mengajarkan kepada kita betapa
Ia dengan sengaja menciptakan kekasih yang menadi pasangan hidup kita.
Diciptakan Allah dengan segala yang ada di
atasnya, samudera yang luas, bukit yang tinggi, rimba, ngarai dan belantara
untuk kebahagiaan manusia. Diedarkan Allah mentari, rembulan, dan bintang
gemintang: diturunkan-Nya hujan, ditumbuhkan-Nya pepohonan dan disiramkan-Nya
tetanaman, semua untuk kebahagiaan manusia. Tetapi Allah Yang Maha Tahu
memberikan lebih dari pada itu.
Dia tahu betapa sering kita memerlukan seseorang
yang mau mendengar, bukan saja kata yang diucapkan melainkan juga jeritan hati
yang tidak terungkapkan, yang mau menerima segala perasaan tanpa pura-pura,
prasangka dan pamrih. Karena itu diciptakan-Nya kekasih.
Allah tahu pada saat kita diguncang badai dan
dilanda duka nestapa. Kita memerlukan seseorang yang mampu meniupkan kedamaian,
mengobati luka, menopang tubuh yang lemah dan memperkuat hati tanpa pura-pura,
prasangka dan pamrih. Karena itu diciptakan-Nya kekasih.
Allah tahu kadang-kadang kita berdiri sendirian
lantaran keyakinan atau mengejar impian. Kita memerlukan seseorang yang
bersedia berdiri disamping kita tanpa pura-pura, prasangka dan pamrih. Karena
itu diciptakan-Nya kekasih.
Supaya hubungan antara Pencipta dan kekasihnya itu
menyuburkan benih ketentraman, cinta dan kasih sayang, Allah menetapkan suatu
ikatan suci yaitu Akad Nikah. Dengan dua kalimat yang sederhana Ijab dan Kabul
terjadilah suatu perubahan besar, yang haram jadi halal, yang maksiat menjadi
ibadah, kekejian menadi kesucian, dan kebebasan menjadi tanggung jawab.
Maka nafsu pun berubah menjadi cinta dan kasih
sayang. Begitu besarnya perubahan itu sehingga Al-qur’an menyebut Akad Nikah
sebagai perjanjian yang berat...
Insya Allah, hanya tiga kali kata ini disebut
dalam Al-qur’an:
Pertama: ketika Allah membuat perjanjian dengan
para Nabi. Dengan nabi Nuh, nabi Ibrahim, Nabi Musa, nabi Isa, nabi Muhammad
SAW (Q.S. Al-Ahzab: 7)
Kedua: ketika Allah mengankat bukit Thur di atas
kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia dihadapan Allah (Q.S.
An-Nisa: 154)
Ketiga: ketika Allah menyatakan hubungan
pernikahan.
Karena itu, peristiwa pernikahan bukanlah
peristiwa kecil dihadapan Allah. Akad Nikah sama tingginya dengan perjanjian
Rasul, sama dasarnya dengan perjanjian Bani Israil di bukit Thur yang
bergantung diatas kepala mereka. Peristiwa Akad Nikah tidak saja disaksikan
oleh kedua orang tua, saudara-saudara, dan para sahabat. Tetapi juga disaksikan
oleh para malaikat di langit yang tinggi dan terutama sekali disaksikan oleh
Allah Penguasa Alam Semesta.
Bila anda sia-siakan perjalan ini, bila anda
ceraikan ikatan suci yang telah terbuhul, bila anda putuskan janji yang sudah
terpatri, anda bukan saja harus bertanggung jawab kepada mereka yang hadir saat
itu, tetapi anda harus bertanggung jawab dihadapan Allah Rabbul ‘Alamin.
Rasulullah bersabda:
“Laki-laki
adalah pemimpin di tengah keluarganya, dan dia harus mempertanggung jawabkan
kepemimpinannya. Wanita adalah pemimpin dirumah suaminya, dan dia harus
mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari Muslim).
Karena itu, Rasulullah mengukur baik buruknya
seseorang dari cara dia memperlakukan keluarganya. “Yang paling baik diantara
kamu adalah yang paling baik dan lembut terhadap keluarganya.”
Mengapa Allah dan Rasul-Nya mewasiatkan agar kita
memelihara Akad Nikah yang suci ini? Mengapa kebaikan manusia diukur dari cara
dia memperlakukan keluarganya? Mengapa suami dan istri harus mempertanggung
jawabkan peran yang dilaksanakan mereka dihadapan Allah? Jawabnya sementara,
karena Allah tahu kebahagiaan dan penderitaan manusia sangat bergantung pada
hubungan mereka dengan orang-orang yang paling dicintai, mereka dengan
keluarganya. “Bila di dunia ini ada Surga, Surga itu adalah pernikahan yang
bahagia. Tapi bila di duni ini ada Neraka, Neraka itu adalah pernikahan yang
gagal.” (Filsuf)
Para ahli menyebutkan bahwa persoalan rumah tangga
adalah penyebab stress yang paling besar dalam kehidupan manusia! Karena
itulah, Islam dengan penuh perhatian mengatur urusan rumah tangga. Sebuah ayat
pernah diturunkan Allah dari langit hanya untuk mengatur urusan rumah tangga
seluruh kaum Muslimin.
Ribuan tahun silam, di padang Arafah di hadapan
ratusan ribu umat Islam pertama Rasulullah menyampaikan khutbah perpisahan.
“Wahai
manusia, takutlah kepada Allah akan urusan wanita. Sesungguhnya kamu telah
mengambil mereka sebagai istri dengan amanat Allah. Kami halalkan kehormatan
dengan kalimat Allah. Sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istrimu. Ketahuilah
Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada istri kalian. Mereka
tidak memilih apaapa untuk dirinya dan kamu pun tidak memilih apa-apa dari
mereka selain itu. Jika mereka patuh kepadamu janganlah kamu berbuat aniaya
kepada mereka.” (H.R. Muslim dan Turmudzi)
Dengan nikmat dan inayah Allah SWT anda sampaikan
pada saat yang paling indah dan paling bahagia, tetapi paling mendebarkan dalam
kehidupan anda. Saat yang paling indah. Sebab mulai pagi itu cinta tidak
berbentuk impian dan khayalan. Saat yang paling mendebarkan. Sebab mulai saat
itu anda memikul amanat Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.
Kalau pada saat itu dada anda terguncang, jantung
anda berdebar dan suara anda bergetar, itu adalah pertanda anda tengah memasuki
babak baru dalam kehidupan anda.
Dahulu, anda adalah manusia yang bebas, yang boleh
pergi sesuka hati anda. Tapi sejak saat ini, bila anda belum juga pulang
setelah larut malam, di rumah ada seorang wanita yang tidak bisa tidur karena
mencemaskan anda.
Kini, bila berhari-hari anda tidak pulang tanpa
berita, di kamar ada seseorang perempuan lembut yang akan membasahi bantalnya
dengan deraian air mata yang suci.
Dahulu, bila anda mendapat musibah, anda hanya
mendapat ucapan turut berduka cita dari sahabat-sahabat anda.
Tetapi kini, seorang istri akan bersedia
mengorbankan apa saja agar anda meraih kembali kebahagiaan anda. Anda sekarang,
mempunyai kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan
anda.
Wanita yang duduk di sisi anda bukanlah segumpal
daging yang dapat anda kerat dengan tidak semena-mena, dan bukan pula budak
belian yang dapat anda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang
diciptakan dan dianugrahkan Allah untuk membuat hidup anda lebih indah dan
lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah yang akan anda pertanggung jawabkan di
hadapan-Nya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Ada dua
dosa yang akan didahulukan oleh Allah siksaannya di dunia ini juga, yaitu
Al-Bughyu dan durhaka kepada orang tua” (H.R. Turmudzi, Bukhori dan
Thabrani).
Al—bughyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat
zalim dan menganiaya orang lain. Dan Al-Bughyu adalah berbuat dzalim terhadap
istri sendiri. Termasuk Al-bughyu adalah menelantarkan istri, menyakiti
hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya,
mengabaikannya dalam mengambil keputusan dan mencabut haknya untuk memperoleh
kebahagiaan hidup bersama anda. Karena itulah Rasulullah SAW mengukur tinggi
rendahnya martabat seorang laki-laki dari cara dia bergaul dengan istrinya.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak
memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan wanita
kecuali laki-laki yang rendah juga.”
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia. Dan
Aisyah bercerita bagaimana Rasulullah memuliakannya.
“Di rumah”
Kata Aisyah, “Rasulullah melayani
keperluan istrinya, memasak, menyapu lantai, memerah susu dan membersihkan
pakaian.”
Dia memanggil istrinya dengan gelar yang baik.
Setelah Rasulullah SAW wafat, ada beberapa orang yang menemui Aisyah, meminta
agar menceritakan perilaku Nabi. Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu,
air matanya berderai. Kemudian, dengan nafas panjang beliau berkata, “Ah.. semua perilakunya indah.”
Ketika didesak untuk menceritakan perilaku
Rasulullah yang paling mempesona, Aisyah kemudian menisahkan bagaimana
Rasulullah yang mulia bangun ditengah malam dan meminta izin kepada Aisyah
untuk shalat malam. Izinkan aku menyembah Tuhanku ujar Nabi SAW kepada Aisyah.
Perlunya
diperhatikan setiap saat
Bayangkan saudara, sampai untuk shalat malam saja
diperlukan izin istrinya. Di situ berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan dan
penghormatan.
Dapat kita simpulkan memuliakan istri anda begitu
rupa, sehingga kelak, bila Allah mentakdirkan anda meninggal terlebih dahulu,
lalu saya tanya tentang perilaku anda, ia akan menjawab seperti Aisyah. “Ah semua perilakunya indah menakjubkan.”
Dengan
ijin anda, perkenankan saya mengutib, menyampaikan wasiat Rasulullah SAW kepada
semua wanita muslimah, Rasulullah yang mulia bersabda”
“Seaindainya aku boleh memerintahkan manusia
bersujud kepada manusia lain, maka akan aku perintahkan istri untuk bersujud
kepada suaminya. Karena besarnya hak suami yang dianugrahkan Allah atas
mereka.” (H.R. Abu Daud, Al-Hakim dan Turmudzi)
Banyak istri yang menuntut agar suaminya
membahagiakan mereka. Jarang terpikirkan bagaimana ia berusaha membahagiakan
suaminya. Cinta dan kasih sayang tumbuh dalam suasana “memberi” bukan
“mengambil”. Cinta adalah saling membagi. Anda tidak akan memperoleh cinta
kalau yang adna tebarkan adalah kebencian. Anda tidak akan meraih ketenangan,
bila yang anda suburkan dendam dan kekecewaan.
Anda boleh memberi apa saja yang anda miliki,
tetapi, untuk suami anda, tidak ada pemberian yang membahagiakan selain hati
yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan.
Di luar rumah, suami boleh diguncang dengan
berbagai kesulitan. Di luar, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata yang tajam,
ucapan yang kasar, dan pengumulan hidup yang berat. Ia ingin, ketika pulang ke
rumah, ditemukannya wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan nan lembut, dan
perlindungan di dalam keteduhan kasih sayang dari anda. Seperti cinta putri
saljunya HC Anderson.
Suami anda, ingin mencairkan seluruh beban jiwanya
dengan kehangatan air mata yang terbit dari lautan samudra kasih sayang dari
anda. Bahkan, Rasulullah bersabda:
“ Istri yang
paling baik adalah yang membahagiakan bila kamu memandangnya, yang mematuhi
bila kamu menyuruhnya dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu
tidak ada.” (H.R. Tabrani)
Saudaraku, kelak bila bak perahu rumah tangga anda
bertabrakan dengan gunung es yang tajam. Bila impian remaja telah berganti
menjadi kenyataan pahit, bila bukit-bukiit harapan diguncang suatu gempa
cobaan, kami ingin melihat anda teguh disamping suami tercinta. Anda tetap
tersenyum, walaupun awan di langit sedang mendung.
Pada saat seperti itu, mungkin tidak ada yang
paling menyejukkan suami anda selain melihat pemandangan yang mengharukan. Dia
bangun di malam hari di dapatinya anda tidak disampingnya. Tetapi, kemudian dia
mendengar suara yang dikenalnya betul, diatas lantai yang dingin, dia
menyaksikan seorang wanita bersujud, suaranya nan parau gemetar sedang bermohon
agar Allah menganugrahkan pertolongan bagi suaminya.
Pada saat seperti itu, suami anda akan mengangkat
tangan ke langit, dan bersamaan dengan tetes-tetes air matanya berdoa...
“Ya Allah,,
karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menenteramkan hati dan
jadikanlah kami penghulu orang-orang yang taqwa.”
Mungkid, 24 Februari 2014
07.09 WIB
Comments
Post a Comment