Kepada orang tua kita harus ‘Manut’
sumber: google |
Awal aku menjabat, hanya ada 1 siswa yang mendaftar, siapa lagi kalo bukan
Rizal, anak dari pemilik kontrakan yang disewa bimbel. Berapa hari kemudian
tambah 2 siswa dari luar. Segera aku tarik mereka untuk mengikuti les gratis
bahasa Inggris selama satu minggu. Satu minggu kemudian bertambah lagi 2 siswa
dari SMP N 1 Mungkid yang berjarak 200 m dari bimbel yang akhirnya membatalkan
les hanya karena promo diskon yang ditawarkan Cuma satu bulan. Padahal mereka sudah
tiga kali datang ke bimbel dan belajar gratis PPKn dan bahasa Inggris.
Sudahlah, itung-itung buat ibadah.
“Lho mbak, katanya bayarnya enam puluh ribu perbulan?” Tanya Fajar, siswa
SMP kelas 3 yang berniat ikut bimbel dan kemudian membatalkan niatnya hanya
karena harga promo.
“Lha kan Cuma satu bulan ini, nanti bulan berikutnya udah seratus dua
puluh, itupun udah murah dibanding bimbel lain.” Balasku dengan memamerkan
senyum dan wajah sabar berharap dia bisa melanjutkan belajarnya di bimbel ini.
“Iya sih, kalo di bimbel lain malah lebih mahal, itupun satu kelasnya ada
lebih dari sepuluh siswa.” Sambung Ghani, teman satu kelas Fajar.
“Lha kenapa diskonnya gak sampe aku ujian mbak?” Tanya Fajar ngeyel dan
berharap aku berbelas kasihan untuk menurunkan harga sampai 50% hingga dia
lulus ujian.
“Enak aja, ya gak bisa gitu dong, emang ini bimbel punya nenek moyang loe?”
Eh salah tulis #hehe
“Ya gak bisa gitu dek, ini udah keputusan dari atasan dan ini udah jadi
sistem dek, gak bisa kalo diskonnya sampe kamu lulus.” Kataku masih sabar
dengan tenaga sudah menipis.
“Udah dicoba dulu satu bulan, nanti kalo mau lanjut silahkan, kalo gak ya
gak apa-apa.” Bujuk mbak Erni yang selalu setia dan sabar menghadapi para
konsumen.
“Ya sudah mbak, tak pikir-pikir lagi.” Kata Fajar yang tak lama kemudian
langsung pergi meninggalkan bimbel.
Untuk menambah banyak siswa, banyak cara yang aku lakukan, mulai dari
menyebar brosur ke sekolah-sekolah sampai menyebar brosur ke ibu-ibu PKK di
daerah dekat bimbel. Aku harus keliling kesana kemari, pasang iklan di
internet, termasuk lowongan pekerjaan tentor untuk membantuku dalam mendidik
para peserta didik dan memenuhi kebutuhan akademik mereka.
Sebagian besar peserta didik di bimbel ini memang masih berusia dibawah 12
tahun. 80% dari tingkat SD dan hanya 20% dari tingkat SMP, untuk tingkat SMA
sendiri, aku dan mbak Erni sebagai staff admin belum mendapatkan mangsa. Aku
sendiri, sebagai lulusan pendidikan bahasa Inggris harus ikut mendidik tiga
siswa SD yang duduk di kelas 1. Mereka bernama Fafa, Nuha, dan Tyo.
Fafa adalah siswa laki-laki yang paling aktif, paling usil, dan paling yang
lainnya. Terkadang aku dan mbak Erni kualahan menghadapi tingkah laku satu anak
ini. Nuha adalah siswa laki-laki yang suka bercerita ini itu, dia masih lemah
dalam masalah hitung menghitung, bahkan dia sempat takut dengan angka ratusan.
Sedangkan Tyo adalah siswa laki-laki yang paling bontot, umurnya lebih muda dua
tahun dari yang lain. Untuk masalah hitung menghitung, dia lancar, tapi untuk
masalah membaca dan menulis, dia perlu dibimbing dan dilatih lebih banyak. Aku
pikir karena masalah umur yang belum mencukupi, makanya dia masih perlu belajar
membaca dan menulis.
Untuk minggu pertama aku mengajar mereka, tak ada kesulitan sedikit pun.
Apalagi urusan matematika, walaupun Nuha sedikit kesulitan, tapi dengan teliti
dan telaten, aku coba sedikit demi sedikit untuk lebih memperhatikan Nuha dalam
menghitung angka, terutama ratusan. Tak jarang mbak Erni ikut telaten
membantuku dalam mendidik mereka. Untungnya kelas mereka tak pernah berbarengan
dengan kelas lain, karena bisa repot.
Di minggu kedua, aku mulai mengajari mereka PPKn agar mereka tak hanya
memahami berhitung, tetapi juga memahami ilmu sosial dan ilmu baca tulis
terlebih mendengarkan.
“Nah sekarang PPKn ya. Ayo buka LKS kalian, sini ibu tebak nanti kalian
yang jawab yaaaaa....” Kataku dengan semangat.
“Iyaaaaaa!!!!!!!” Jawab mereka serentak.
“Sesama teman kita harus saling........” Kataku.
“Emmmm membantu!” Jawab Fafa dengan aktifnya.
“Bagus,, sebutkan tiga hal yang termasuk dalam hal kebersihan.” Mintaku
dengan senyum lebar.
“Mandi!” Teriak Fafa.
“Pinter, apa lagi ayo?” Balasku masih semangat dan memamerkan senyum.
“Makan!” Jawab Nuha. Wajahku mulai sedikit skeptis.
“Tiga hal yang termasuk kebersihan.” Aku mencoba mengulangi.
“Minum.” Jawab Tyo.
Fafa mulai bertingkah usil dengan menjatuhkan tas Tyo yang berada di
sebelak kirinya. Aku hanya bisa melirik.
“Yang termasuk kebersihan.” Sekali lagi aku mengulangi pertanyaan dengan
wajah sabar.
“Gosok gigi.” Jawab Fafa.
“Iya, bagus,, satu lagi?” Kataku dengan wajah yang masih sabar.
“Ngepel!! Nyapu!!” Teriak Tyo girang sambil mengambil tasnya yang jatuh.
“Pinteeeeerrrr,,,” Balasku lega.
“Sekarang, air yang bergizi adalah air?” Aku melontarkan pertanyaan seperti
yang tertulis dalam LKS yang mereka bawa.
Mereka bingung, terdiam agak lama sambil melirikkan mata ke kanan dan ke
kiri. Fafa, jangan ditanya. Dia mulai kesurupan tuyul yang super usil. Dia
mencoba menggoda teman-temannya dengan menjatuhkan barang-barang milik Tyo dan
Nuha.
“Heh, anak sholeh gak boleh gitu, anak sholeh itu duduknya yang manis dan
gak usil.” Kataku memperingatkan Fafa dengan nada yang lemah lembut.
“Ayo, tadi air yang bergizi namanya air apa?” Tanyaku sekali lagi dengan
sedikit bingung karena soal yang satu ini menurutku kurang komprehensif.
“Air su....” Kataku memancing mereka.
“Air sumuuurrrr!!!” Teriak Fafa, diikuti Nuha dan Tyo.
Ini aku yang salah, apa mereka yang saking pinternya, atau buku LKSnya yang
saking bagusnya? Aku mulai menggaruk-garuk kepala lantaran bingung harus
berbuat apa.
Mereka mulai rame dan terkadang berlarian kesana-kemari. Entah kesambet
tuyul dari mana mereka bisa jadi lari-lari dan terkadang berkelahi.
Lanjut ke pertanyaan berikut.
“Kepada orang tua kita harus....” Tanyaku yang mulai kehilangan sedikit
kesabaran.
“Manuuuutttt!!!” Jawab mereka serentak.
Aku hanya membatin. Iki arep boso Jowo, boso Inggris opo malah boso
Indonesia? Lha kok malah koyo ngene.
“Yoooooo... pinter. Yo dilanjut.” Kataku.
Comments
Post a Comment