Band Legendaris Tanpa Ahli Waris
Masih ingatkah dengan band ska yang legendaris ini? Yups, siapa lagi kalau
bukan Tipe-X dengan musik uniknya. Band yang
terbentuk pada tanggal 10 September 1995 dengan nama awal Head Master ini
memiliki 8 personel. Di bagian vocal ada
Tresno Riadi, yang memegang bass bernama Micky, yang memainkan gitar bernama
Yoss dan Billy, sedangkan Arie Hardjo bermain drum, Anto memainkan trombone,
Andi Toga meniup saksofon dan Egy meniup trompet.
Dapat kita simpulkan dari beberapa musisi diatas bahwa grup yang akhirnya
mengubah namanya menjadi Tipe-X dengan tujuan agar mudah diingat ini merupakan
grup musik yang Kreatif dan diferensiatif. Bagaimana tidak? Ketika grup band
lain hanya mempunyai personel tiga sampai lima dengan senjata andalan drum,
gitar, bass, dan keyboard, grup band ini menambahkan beberapa alat musik tiup
yang menambah keunikan dan ciri khas dari grup band ini walaupun sekarang personel grup band ini tinggal tersisa 6 orang.
Sayangnya, tak ada grup band yang mengikuti jejak tipe-x dengan beberapa
alat musik unik dan aliran ska yang sempat melambung di era 90-an. Padahal,
konsep musik dan lagu yang ditawarkan cukup menarik, menggelitik dan enak
didengar. Sampai saat ini, Tipe-X sudah mengantongi tujuh album dengan album
terbaru yang berjudul SEVEN yang dirilis pada tahun 2012 yang lalu.
Mungkin untuk beberapa anak muda jaman sekarang sudah sangat asing mendengar
aliran musik dan nama grup band ini. Tapi, percayalah, dengan mendengarkan
lagu-lagu dari grup band yang unik ini, hati kita akan jauh dari galau karena
konsep musik yang memang tidak mengandung unsur mellow. Malah, dengan
mendengarkan musik ini, kita serasa diajak untuk menggerakkan kepala dan badan
kita.
Jadi, jika para kaula muda yang suka musik ingin membentuk grup band,
kenapa tak coba membentuk grup band unik yang berbeda dari yang lainnya,
seperti Tipe-X yang mengusung aliran musik ska dengan trombone, terompet, dan
saksofon yang melengkapi alunan musik dari lagu-lagu yang dibawakan Tipe-X
sendiri? Semakin kreatif kita, semakin kaya pula karya yang dicipta. Semakin deferensiatif
karya kita, semakin unik pula dirasa.
Comments
Post a Comment