Cinta,, atau Nafsu??
Pernah gak sih kepikiran kalo terkadang, ketika kita sedang mengagumi
seseorang, kita merasa bahwa kita sedang jatuh cinta? Yakin tuh cinta?? Atau
jangan-jangan malah nafsu? Lha trus gimana ngebedain antara cinta dan nafsu
ya?? Hemmm mari kita simak sama-sama biar lebih jelas mana yang cinta en mana
yang nafsu...
1.
Pertama,
kalian percaya gak kalo cinta itu bisa membahagiakan, sedangkan nafsu itu malah
membahayakan? Pastinya banyak orang yang setuju kalau cinta yang sebenarnya
akan selalu mengajak kita untuk berbahagia. Katanya nih, seorang pecinta yang
sudah memahami en menemui makna cinta sejati akan berada dalam keadaan bahagia.
Beda lagi dengan nafsu, ketika ada seseorang yang tertipu dengan nafsu dan
menganggap nafsu adalah cinta, dia akan berada dalam situasi yang membahayakan,
baik itu membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
Gampangannya gini, kalau seseorang yang jatuh cinta, dia pasti bakalan
ngajak seseorang yang dicintai buat bahagia bareng sama si doi, jangan sampai
seseorang yang dicintai jadi celaka bahkan ternoda gara-gara tingkah en nafsu
yang mendorong buat nglekauin hal-hal negatif. Iya apa iya?
Nah kalo dalam pandangan Islam nih, nafsu itu cenderung mendorong orang
untuk melakukan hal sesukanya, sedangkan cinta itu masih dipikirkan apakah yang
dilakukan itu benar atau salah menurut aturan yang berlaku. Sama nih kayak
pacaran, pacaran itu didalam Islam lebih cenderung dinilai dengan nafsu dari
pada cinta. Lha apa buktinya? Bukannya pacaran itu malah justru bukti cinta
seorang kepada seseorang yang dicintainya? Mari kita diskusikan sama-sama.. ^_^
Pernah gak sih ada dua orang pasangan yang menjalani pacaran tak sampai
pegangan tangan, senggol-senggolan, sayang-sayangan? Kayaknya gak ada deh,
walaupun sekedar telpon-telponan atau LDR-an. Pasti minimal mereka pernah
sayang-sayangan, yang perempuan punya panggilan spesial buat yang laki-laki,
begitu pula sebaliknya. Ada yang manggil ayang, mama-papa, pipi-mimi,
ayah-bunda, prince-princess, dan sebagainya. Nah walaupun ada yang bilang pacaran
itu positif karena gak pernah ketemu, tapi yang namanya pacaran itu adalah
perbuatan yang mendekati zina. Zina itu kan dosa, udah tau dosa kok didekati.
Iya kan?
Kata ustadz dan ustadzah, pacaran sebelum nikah itu gak ada, adanya pacaran
setelah nikah. Nah justru pacaran setelah menikah itu yang diperbolehkan Islam.
Udah halal buat panggil sayang, udah halal buat pegangan dan sebagainya.
Lagian, rayu-rayuan setelah menikah itu puitis, justru rayu-rayuan sebelum
menikah itu gombal. Jangan percaya sama seseorang yang suka merayu tanpa
memberikan bukti serius, yaitu ijab-qabul. Kata ust. Felix menikah itu serius,
pacaran itu main-main, jadi pilih mana? Diseriusin atau dimainin?
Masih mengacu sama ustadz muda mu’alaf. Ketika kalian sudah menemukan
seseorang yang pantas untuk jadi pendamping kalian, ya menikahlah, jangan
ditunda-tunda agar tak terjadi fitnah. Jika yang laki-laki masih menunda-nunda,
ya putusin aja langsung, itu tandanya gak serius dan menandakan kalo si
laki-laki gak punya komitmen dan tanggung jawab. Nah, gimana?? Pacaran itu
cinta atau nafsu?? Pasti kalian sudah bisa menebak sendiri, coba tanyakan pada
hati kalian yang paling dalam. Jangan pernah membohongi diri sendiri hehe..
#lhakokmalahceramah
2.
Yang
kedua, cinta itu bisa membuat ketawa sedangkan nafsu malah bikin kecewa. Lha
kenapa? Kalau dalam beberapa situs menjelaskan bahwa suatu hubungan itu ibarat
sawah, cinta itu adalah padinya dan nafsu itu adalah rumput liarnya. Jika
seseorang menanam padi (cinta) di sawah (hubungan), maka secara otomatis rumput
liar (nafsu) mau gak mau akan tumbuh juga. Kalau seseorang itu sudah mengetahui
dan memahami apa itu padi (Cinta), maka dia akan segera memangkas rumput liar
(nafsu) yang tumbuh di sawahnya (hubungan). Ketika tiba masa menuai, dia akan
menuai hasil sawahnya (hubungan) yang ditanami padi (cinta) yang berupa beras
(kebahagiaan). Berbeda dengan orang yang tertipu yang mengira rumput liar
(nafsu) sebagai padi (cinta). Dia malah akan memelihara rumput liar (nafsu) dan
tanaman padinya (cinta) akan mati. Pada musim menuai, tentu dia hanya mendapat
kekecewaan sekarung rumput liar (nafsu) yang tidak dapat dimakan (kekecewaan).
Untuk alasan yang kedua ini sepertinya sangat sangat masuk akal sekali,
maka dari itu untuk menghindari kekecewaan, kita harus bijak dalam menilai,
apakah rasa yang kita miliki merupakan cinta atau nafsu. Jangan sampai kita
terlena, terutama untuk para perempuan dengan adanya rayuan yang dikatakan oleh
laki-laki asing yang belum menunjukkan keseriusannya. Jika sebelum serius saja
dia berani menggerayangi dan berjanji ini itu tanpa ada bukti, sebaiknya
tinggalkan saja. Masih banyak seseorang yang lebih baik di luar sana, hanya
saja Allah belum mempertemukannya. Percaya sama Allah itu penting, semua itu
sudah diatur, tinggal usaha dan doa kita, jangan sampai rasa suka kita terhadap
dunia mengalahkan rasa cinta kita kepada Sang Khaliq.
Mungkin, dua alasan dan ulasan cukup membantu membedakan mana cinta dan
mana nafsu. Saya tidak berniat untuk menggurui disini, saya hanya meminta untuk
merenungkan dan bertanya pada diri sendiri. apakah rasa suka yang ada di dalam
hati ini merupakan cinta atau nafsu? Jika cinta, maka ikatlah hubungan cinta
itu dalam ikatan yang menuju ke jalan yang diridhoi, jalan pernikahan, bukan
pacaran. Ingat, perempuan itu lebih suka kejelasan dan kepastian. Kata pak
Mario, perempuan itu memang suka emas, tapi perempuan lebih suka komitmen dan
tanggung jawab.
Bahkan kata "I love you" hanya pantas diucapkan pada pasangan yang sah. Bahkan, ketika sebuah pasangan sudah bertunangan, mereka belumlah pantas mengatakan I love you satu sama lain. Cinta adalah tanggungjawab untuk saling menjaga dan membahagiakan. Dan itu layak bagi suami-istri.
ReplyDeleteOrang pacaran belum punya kewajiban apa-apa dan belum punya hal apa apa di antara keduanya.
Mengajak seorang untuk menikah (menghitbah) tidak harus didahului oleh jatuh cinta. Tapi dilandasi karena ingin mendapat ridha Allah, karena sang pria melihat kebaikan pada sang wanita (sholehah), dan landasan seperti iti secara otomatis akan melahirkan cinta begitu ijab qabul diikrarkan. Inilah yang disebut mahabbah fillah. Cinta atas keridhaan Allah...
Nice post, ukhti.
Jazakillah khoir...
Iya,, kadang saya berfikir bahwa saya terlambat dalam memahami masalah cinta atau nafsu,, tapi bagi Allah, tak ada kata terlambat selama kita punya niat baik dan kita hanya bertumpu pada satu Dzat yang Maha Kekal... Disetiap niat kebaikan, pasti ada jalan, walaupun awalnya sangat pahit dan sulit, tapi akhirnya, kita bisa menemukan dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,,, mana yang haq dan mana bathil,,,
Delete