Satu Bulan dan Terimakasih

Satu bulan sudah aku menjalani hidup baruku. Hidup baru bersama seseorang yang benar-benar berarti bagiku. Teringat satu bulan yang lalu ketika kami masih saling malu-malu, duduk bersanding di depan banyak tamu, berpura-pura sudah saling akrab padahal satu sama lain masih saling ingin tahu. Benar-benar momen yang tak terlupakan sepanjang hidupku. 

Pagi ini, aku tersenyum mengingat hal itu sembari membereskan dan membersihkan ruangan yang terasa nyaman bagiku. Tak lupa, kewajibanku sebagai penulis lepas, apa lagi kalau bukan menulis artikel pesanan untuk dikirim ke suatu media. Walaupun bayaran yang didapat tak seberapa, paling tidak, lumayan lah buat tambahan jajan sekaligus mengisi waktu luang mengingat aku sudah melepaskan profesi mengajarku di kota sejuta bunga itu hehe...

Tak terasa beberapa menit berlalu, mataku mulai tak kuat menatap layar monitor dan perutku yang baru saja terisi buah melon dan pisang goreng mulai terasa mengaduk-aduk. Tak kuat rasanya melanjutkan tulisan sederhana itu. Akupun terbaring lemas, padahal untuk hari ini, seseorang itu harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang wartawan untuk meliput beberapa berita dari pagi hingga petang menjelang. 

Jam sembilan pagi sudah aku terbangun dari tidur lemasku. Kulihat ada sebungkus biskuit coklat besar, roti tawar pandan, ikan asin dan kentang balado kesukaanku. Hemmm rasanya enak sekali, tergiur aku melihatnya. 

“Makasih mas, udah beliin semua. Maaf hari ini tidak bisa mengantar mas pergi kerja sampai depan rumah.” Batinku yang sedikit masih merasa lemas. 

Tak berapa lama, seseorang yang membelikanku biskuit itu pulang. 

“Ayo maem, tak suapin wes.” Katanya dengan nada tegas, walaupun sebenarnya orangnya sangat lucu.

“Tadi udah makan biskuit sama roti kok. Lagi gak pengen maem.” Jawabku masih sedikit lemas.

“Pokoknya harus keisi nasi walaupun sedikit. Enak lho, kentang balado sama ikan asin kesukaan adek.” Katanya bijak. 

Aku pun sedikit tergiur dengan tawaran tersebut, tapi rasanya perut ini susah untuk menerimanya. Benar saja, aku hanya sanggup makan sesuap dan sesudah itu terbaring lemas lagi diatas kasur berukuran dobel. Tak berapa lama, seseorang itu harus pergi lagi untuk melanjutkan membuat berita di pressroom.  

Aku? Aku kembali terbaring lemas. Aku coba untuk mengangkat badanku dan berjalan sebentar keluar. Ternyata benar, tak kuat rasanya tubuh ini menanggung beban berat badanku yang sekarang mencapai 47 kg. Dengan bersedih dan pasrah, akupun kembali berbaring. 

Sudah siang, waktunya untuk makan siang. Aku paksakan diriku untuk menyantap ikan asin dan kentang balado yang terasa menggiurkan. Hanya beberapa suap. Aku pun melanjutkan meminum vitamin dan suplemen makanan yang diberikan seorang dokter untukku beberapa minggu lalu. Seperti biasa, aku terbaring lemas. 

Tak berapa lama setelah itu, seseorang yang sekarang hidup berdampingan denganku datang.

“Udah maem belum? Habis ini mas keluar lagi ya, mungkin sampai malam. Maaf ya, selalu mas tinggal terus.” Katanya dengan raut wajah yang sudah terlihat sangat lelah.

“Nggak apa-apa.” Jawabku dengan nada lemas dan memeluk bantal guling. 

“Eh ada siomay, mau siomay gak?” Tanyanya.

Aku pun mengangguk kencang. Siomay dan batagor adalah cemilan kesukaanku. Selain bisa mengganjal perut, makanan itu bisa menggantikan fungsi obat penambah nafsu makan. 

“Ayo,, semangat, kamu pasti bisa, jangan malas sih, ayo yang kuat dong. Masak orang kayak kamu gak kuat sih. Udah sana bangun, jalan-jalan atau ngapain kek. Gak bakal sakit habis itu. SEMANGAT.” Batinku menyemangati diri setelah seseorang itu melangkahkan kaki lagi. 

Kasihan seseorang itu hari ini. Dia melihat keadaanku dalam keadaan pucat, tak karu-karuan dan terlihat menggelikan. Badannya yang semalaman harus begadang membuatnya terasa lemas, tetapi apa daya. Kewajibannya harus ia laksanakan.

“Maafin adek ya yang masih kayak gini. Gak enak banget dilihatnya.” Kataku sedih sambil menutup wajahku dengan bantal guling empuk berisi dakron. 

“Harusnya mas yang minta maaf, udah ninggalin adek terus.” Jawabnya. 

Haduh, rasanya seperti bukan aku kalo lagi lemas kayak gini. Iya, bukan aku. Aku bukan seseorang yang lemah dan pantang menyerah. Aku pasti bisa sehat dan kuat lagi. Tak berapa lama berselang, aku pun mencoba bangkit dan ke kamar mandi mengambil air wudhu. Benar kan, setiap masuk kamar mandi dan terkena air, rasanya mual. Tapi aku harus tetap kuat. Ku paksa untuk berdiri lebih lama, walaupun aku pilih surat yang agak pendek untuk bacaan sholat Ashar kali ini. Setelah cukup kuat berdiri dan mengerjakan ini itu, aku pun kembali menulis dan mencoba mengirim satu artikel sederhana yang selesai aku ketik.

Taraaaaa.... walaupun belum begitu sehat, akhirnya aku bisa mengerjakan kewajibanku barang seadanya. Tak hanya mengerjakan kewajibanku di sebuah media yang baru berkembang, tapi aku juga sedikit menyelesaikan kewajibanku sebagai seorang “ehemm” tiba-tiba ada yang nyangkut hehe...

“Sekarang tanggal berapa?” Tanya seseorang itu tadi ketika sedang mencoba mengirim berita lewat internet lola di rumah. 

“Emmmm tanggal dua belas.” Jawabku. Berharap seseorang itu tak menggodaku dengan berkata “Ting,,, kamera, kamera,,, kena deh..” 

“Udah satu bulan yang usianya..” Tambahnya sembari melirik dan melihat kearahku. 

“Hehe.. “ Aku hanya bisa memamerkan senyum kaku dan senang karena hari ini aku tak terjebak dengan pertanyaannya yang membuatnya harus mengacungkan jari telunjuknya dan berkata “Ting..” sembari tertawa lepas.

Terima kasih, terima kasih atas semuanya. Walaupun aku tak bisa membalas semua yang telah sesorang itu lakukan untukku, aku berharap semoga semua ini dapat berjalan kekal dan abadi.

Comments

Popular posts from this blog

I'm proud of my students ^_^

Are You Still on Fire?!?