Good Bye 2013



Episode 6

Di penghujung hari terakhir tahun ini, seperti biasanya, aku menyiapkan beberapa ransum untuk aku konsumsi di sore hari sebelum aku hibernasi satu tahun, hehe... Sudah jadi kebiasaanku dimalam tahun baru dengan mengurung diri dikamar. Mendengarkan musrik, eh musik, bermain game, merenung, mencari inspirasi, menulis target di tahun mendatang, menyanyi gak karuan, sampai akhirnya aku menyerah dan mengambil bendera putih kemudian aku kibarkan di depan jendelaku.#ya enggak lah.

Karena, saat malam tahun baru di kostku sangat sepi, aku memutuskan untuk mencari dan menulis beberapa hal yang bisa menginspirasiku. Maklum, aku adalah orang yang haus inspirasi, motivasi dan informasi. Seperti biasa, tak bertahan lama, dibawah jam 10 malam aku sudah berada di alam bawah sadar.

Di pagi harinya, aku memulai petualangan baruku ketempat nenek bersama dengan kakak tercintaku, siapa lagi kalau bukan kak Nisa, Kakak angkatan yang juga partner kerjaku di pondok pesantren dengan karakter lucu dan ceplas-ceplosnya.

“Ketemuan di stasiun Tugu jam 8 pagi ya.” Pesan singkat dari kak Nisa sekitar jam sepuluh malam. Aku sudah terlelap.


Tak berapa lama setelah aku menunggunya di depan pintu masuk stasiun, kak Nisa datang dan kami pun segera memulai petualangan kami. Cukup capek ternyata setelah menempuh perjalanan hampir dua jam dengan motor yang sudah lama tak ku servis.

“Hwaaaa,,, mbak, ini motorku kok tiba-tiba gak bisa nyala yak?” Kataku cemas sambil mencoba men-starter motor berkali-kali yang mati ditengah jalan.

“Trus gimana Ris?” Tanyanya mulai bingung.

Tak berapa lama, motor matic biru yang sudah tua milikku pun menyala. Aku mulai girang tak karuan. Kami memulai perjalanan kami yang tersendat sesaat di tengah perjalanan.

“Sepertinya Allah memilihkan motor tua ini untukku supaya aku gak ngebut deh.” Kataku yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan 60 Km/jam.

Kak Nisa hanya tertawa dan bernyanyi ini itu sepanjang perjalanan. Sesampainya ditempat nenekku, aku dan kak Nisa merebahkan tubuh kami di kamar tamu yang ada dibagian belakang rumah kakekku setelah kami bersalaman, dan mencium tangan kakek dan nenekku. Mereka terlihat gembira ketika cucu mereka datang dengan wajah sumringah dan tawa lepas yang masih melekat.

“Sana istirahat dulu, nenek siapin makanan. Belum pada sarapan kan?” Kata nenekku yang terkenal murah senyum.

“Iya nek, aku juga mau buat jelly ah.” Kataku semangat memasak. Aku memang sangat senang memasak. Di rumah nenekku, biasanya aku membuatkan kakek dan nenekku jelly dan osengan sayur ditambah gorengan. Hemm rasanya nikmat disantap saat uap masih mengepul, khusus yang jelly disantapnya pas uapnya udah hilang, nanti kalo uapnya belum hilang lalu disantap, bisa-bisa mulut kita tak bisa terbuka gara-gara jelly yang melekat didalam mulut hehe...

“Aku pengen lihat kamu masak jelly Ris.” Kata kak Nisa yang sudah berganti kostum dan ingin ikut menghangatkan badan di dapur.

Tak berapa lama, jelly pun siap dicetak dan aku mulai menyantap sarapan. Setelah itu, aku dan kak Nisa ngobrol ini itu dan bercanda bersama. Senang rasanya punya kakak perempuan yang bisa berbagi pengalaman, informasi, dan sebagainya.

“Habis sholat kita jalan-jalan ke kota yuk, lihat-lihat apa gitu.” Bujukku yang saat itu sedang bersantai diruang tamu bersama kak Nisa.

Kak Nisa meng-iya-kan dan menganggukkan kepalanya beberapa kali. Setelah sholat dilaksanakan, kami pun bergegas untuk mencari udara di kota.

“Ayo makan siang dulu.” Bujuk kakekku yang saat itu habis pulang pengajian dengan membawa nasi kuning satu kotak.

“Wah kek, sudah kenyang nih.” Jawabku sambil memamerkan perutku yang sudah mulai membuncit.

“Ya udah, loteknya aja ini dimakan.” Bujuk nenekku sambil menyodorkan piring yang berisi bermacam sayuran dengan bumbu kacang.

Langsung kak Nisa menyambar piring yang berisi lotek dan menyodorkannya kepadaku.

“Kita makan berdua ya.”  Katanya membujukku.

Akupun mengambil sendok dengan malas karena perutku sudah serasa mengembung. Setelah menghabiskan semua sayur yang ada di piring, kami berpamitan untuk jalan-jalan ke kota sebentar. Kami mulai keluar jam satu dan sampai di tujuan jam setengah dua. Kami pun mulai menjajaki beberapa swalayan dan melihat-lihat beberapa buku, baju, sandal, lainnya. Tak berapa lama kami pulang.

“Eh mbak, aku pengen beliin makanan buat kakek dan nenekku nih, biar mereka gak usah masak.” Kataku yang saat itu sedang membonceng kak Nisa.

“Ayam gimana?” Saran kak Nisa.

“Keluargaku gak suka ayam, sukanya ayam kampung hehe.. bebek aja sih kalo ada.”  Pintaku.

Hari sudah mulai mendung dan jam pun menunjukkan pukul lima sore.

“Eh itu, ada seafood. Tapi nenek sama kakekmu suka ga? Kan kolesterolnya tinggi, belum nanti lemaknya gimana?” Tanyak kak Nisa bingung.

“Hemmm nenek sama kakekku mah gak mikirin kolesterol, yang penting makanannya halal, barokah dan satu, gak pake vetsin.” Jawabku.

Kami pun memarkir motor dan mulai bertanya-tanya tentang menu.

“Mas, seafoodnya apa ajah?” Tanyaku penasaran

“Bisa dilihat di meja mbak, silahkan sambil duduk.” Balas pelayan yang sedang sibuk menghidangkan masakan.

Aku baca menu satu persatu, aku coba bayangkan rasanya. Aku lihat harganya yang cukup terjangkau. Aku pilih tiga menu untuk makan malam hari ini.

“Mas saya pesan nila saus asam manis, cah udang jamur, sama cumi goreng saus teriyaki.” Kataku sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan menu yang aku pilih.

“Nilanya saus asam manis mbak?” Tanya salah satu pelayan memastikan.

Aku bingung, aku menulis asam manis bukan ya kok masnya tanya sih?. Batinku

“Iya, yang sausnya ada nanasnya itu kan?” Jawabku memastikan.

“Sausnya warnanya merah kan mbak?” Tanyanya dengan wajah makin bingung. Akupun jadi lebih bingung.

Bukannya semua saus warnanya merah ya? Kalau saus warna biru ya aneh. Pikirku.

“Emmmm iya sausnya warna merah, tapi rasanya asam manis kan?” Jawabku memastikan dengan wajah yang tak kalah bingung.

“Oh,,, tapi disini kayaknya saus asam manisnya gak pake nanas mbak, soalnya nanasnya disana dan belum matang.” Jawabnya setengah bercanda sembari mengacungkan telunjuknya kearah hiasan berbentuk buah nanas yang terpajang di etalase.

“Hehe... Soalnya saya biasa beli yang ada campuran nanasnya.” Kataku sambil tersenyum sedikit garing.

Kak Nisa yang mendengar percakapanku dan pelayannya hanya tersenyum-senyum dan berkomentar “Udah Ris, kamu tuh jangan bingungan kalo ditanya orang, kalo kamu ditanya dengan wajah bingung, kamu tuh mukanya jadi lucu banget, hati-hati kamu kalo di kota besar, belajar pasang wajah jutek dan sok banget.” Sarannya.

Sepertinya wajah jutekku sudah luntur sejak aku kuliah dan bergaul dengan Angie, Umi, Arimbi, Shancai, Rahma, Sari dan lainnya. Termasuk Fathoni bersaudara, Putra dan Tri yang memang bisa membuatku tertawa kocak setiap hari.

Ketika masih menunggu pesanan selesai dibungkus, nenekku menelponku dan menyuruhku untuk tak pulang larut malam, maklum di kota kecil setelah Adzan Magrib berkumandang, suasana berubah sepi. Lagi pula, memang sudah tradisi keluargaku bahwa seorang perempuan itu tak baik jika pulang ketika hari sudah gelap dengan alasan sepele.

“Iya, lima menit sampai kok, ini lagi beli makanan di dekat lampu merah, nanti malam gak usah masak ya nek.” Balasku yang kemudian aku tutup dengan salam.

Kami pun meluncur kembali ke rumah kakek dan nenekku. Setelah Isya tiba, kami makan malam dan menonton Angling Darma bersama. Maklum, orang tua sukanya film yang kolosal, jadi mau tak mau, kamipun ikut tenggelam dalam kisah Angling Darma.

Tak berapa lama, kami kembali ke kamar dan berbincang ini itu, kami bercanda bersama dan berbagi bersama.

“Tahu gak? Kalo cowok tuh bla bla bla..” Kata kak Nisa menjelaskan.

“Emmm kalo biasanya cewek tuh bla bla bla...” Kataku.

“Dulu waktu aku SMA bla bla bla...” Kan Nisa menjelaskan lagi.

“Wah, aku pas kuliah bla bla bla..” Balasku yang tak selesai-selesai.

“Aku pernah baca novel bla bla bla...” Kak Nisa menambahi.

“Ihhh aku pinjam dong, bla bla bla..” Aku girang tak karuan.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, ini saatnya memejamkan mata, besok aku harus mulai kerja seperti biasa. Rencana untuk kembali ke Jogja jam 5 subuh jangan sampai molor. Selamat malam dunia. ^_^


Comments

  1. wahhhh...bla bla nya kenapa ga di jelasinnnn???? :P

    ReplyDelete
  2. terus...ralat buat mas koki seafood nya ngeliatin kamu pake bola mata "rasa lucu dan gemes" habisnya kamu nya meni ngegemesin pisan,...kayaknya gt deh batinnya mas nyaaa hehehehehehe

    ReplyDelete
  3. kan di sensor mbak, nanti kalo gak pada ketawa semua dan kaget,,
    hehe,, mbak anisau kie,, lha wong aku bingung kok, udah jelas aku nulis saus asam manis masih ditanya, ya aku jelasin yang aku tahu ehh malah dua2nya ikut bingung.. ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

I'm proud of my students ^_^

Are You Still on Fire?!?