Sepenggal Kisah Para Wonder Woman

I. My mom My inspiration 

Ibuku adalah wonder womanku, setiap hari setiap waktu selalu menyapihku. Perjuangan hidupnya penuh dengan lika-liku. Ibuku merupakan anak tunggal dari nenekku, istri kedua kakekku. Semenjak kecil beliau dididik dengan didikan yang cukup keras oleh nenekku, dan sering diajak tinggal ditempat istri pertama kakekku. Kehidupan yang sangat complicated.

Ibuku merupakan seseorang yang cukup beruntung karena pernah mencicipi pendidikan di perguruan tinggi dibanding beberapa saudara ibuku dari istri pertama kakekku, yah walaupun tak sampai menyelesaikan studinya, tapi setidaknya beliau pernah merasakan bagaimana asyiknya jadi seorang mahasiswa. 

Ibuku melamar pekerjaan sebagai pegawai negeri di Rutan, dan beliau ditugaskan di Rutan daerah tempatku dilahirkan. Awal beliau menginjakkan kakinya di kota itu, ibuku memutuskan untuk tinggal sendiri disuatu rumah yang agak besar dan bertingkat. Banyak orang bilang rumah itu angker, ibuku tak peduli. Tak berapa lama ibuku jatuh hati pada pemilik rumah itu, siapa lagi kalau bukan ayahku. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hidup bersama. 


Setahun berlalu, ibuku dikaruniai seorang anak laki-laki, kakak pertamaku. Siang malam ibuku selalu menjaga kakakku, menyusuinya dan menyapihnya siang malam. Sempat kesusahan ketika pertama kali menyusui, tapi ibuku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Setahun kemudian, ibuku melahirkan anak laki-laki untuk yang kedua kalinya, kakak keduaku, dia premature dan ketika lahir badannya sangat kecil. Kakak keduaku sempat di inkubator beberapa hari, dank arena tubuhnya yang kecil, kakak keduaku hanya dimandikan dengan minyak dan disusui lewat selang kecil. Karena ibuku sangat sedih harus melihat anaknya yang sangat kecil harus diperlakukan sangat ‘istimewa’ akhirnya ibuku memutuskan untuk membawa pulang kakak keduaku dan memandikannya dengan air hangat serta mencoba menyusuinya secala alami. Tak berapa lama, bidan yang membantu persalinan ibuku tahu hal itu, dan memarahi ibuku habis-habisan, tapi ibuku tak peduli, yang penting anaknya sehat dan kuat. 

Tak cukup sampai di situ, tak berapa lama ternyata ibuku hamil lagi, dan Sembilan bulan lebih sudah akhirnya aku dilahirkan di dunia ini. Anak perempuan pertama dari pasangan ibu dan ayahku. Ibuku bilang pada saat melahirkanku beliau tak merasakan sakit apapun. Tak ada kesulitan apapun yang dialami ibuku saat melahirkan dan menyapihku. Hummm mungkin karena itu ibuku tak banyak cerita tentang masa kecilku.

Empat tahun kemudian, ibuku melahirkan lagi anak keempatnya, adik perempuanku. Sebelumnya ibuku sempat dibawa dirumah sakit dan disuruh untuk di vacuum, tetapi ibuku menolak dan memberanikan diri untuk pergi dari ruangan persalinan. Ibuku sempat dimarahi banyak bidan di rumah sakit, akhirnya ibuku bilang kepada pamanku untuk menjemputnya dan tak mau lagi kembali keruangan itu. Setelah itu, ibuku masih sempat bekerja selama kurang lebih satu bulan dan akhirnya lahirlah adikku di rumah bidan. 

Waktu berlalu tahun berganti, tak terasa aku dan saudara-saudaraku mulai bertambah besar. Sudah saatnya untuk menginjakkan kaki di sekolah dasar. Kakak pertamaku disekolahkan di sekolah negeri yang unggul, sedangkan aku dan kakak keduaku terpakasa di sekolahkan di sekolah swasta yang saat itu masih agak terpuruk. Sebelumnya aku dan kakak pertamaku sudah terdaftar sebagai siswa baru di sekolah luar kota, tempat asal ibuku. Saat hari pertama masuk sekolah tiba, aku dan kakak keduaku diajak orang tuanku untuk kembali ketempat asalku, karena mereka tak tenang untuk melepasku dan kakak keduaku. Yah maka dari itu aku dan kakak keduaku mendapat sekolah dasar yang benar-benar apa adanya, sekarang sekolah itu sudah berubah, berubah menjadi sekolah yang tak kalah saing dan unggul. 

Lalu, dimana perjuangan ibuku? Ibuku mencoba membiayai sekolahku dan saudara-saudaraku dengan bekerja sambilan sebagai penjual jamu, setelah bekerja di kantor, ibuku berkeliling menawarkan dan menggendong jamunya kemana-mana, tak cukup sampai disitu, ibuku juga mencoba membuat tape dan menjualnya di kantin sekolahku. Ibuku ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Ibuku ingin anaknya selalu tercukupi kebutuhannya, oleh karena itu tak cukup bagi ibuku uang hasil bekerja di kantor dan ayahku yang memang seorang wiraswasta yang kerjanya tak tentu. Tak berapa lama, ibuku mengajariku dan kedua kakakku untuk berjualan jajan di rumah, mencoba membuat beberapa makanan ringan seperti martabak, batagor dan sebagainya agar suatu saat makanan itu bisa dijual, tapi itu hanya sekelebat keinginan kecil, sangat kecil. Keinginan terbesarnya adalah, ketika ada penjual batagor atau jajanan kecil lainnya, aku dan saudaraku tak membelinya, melainkan membuatnya agar lebih hemat. 

Ibuku mengajariku menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri, tak banyak mengandalkan orang lain. Dari banyak pengalaman masa kecilku yang tumbuh dengan ekonomi yang pas-pasan aku belajar mandiri dan menjadi orang yang tegar. Perjuangan ibuku masih berlanjut, sekarang ayahku hanya menjadi seorang montir, rumah ayahku yang dulu dijual sudah untuk mencukupi biaya pendidikan dan kehidupan keluarganya. Ibuku sekarang membuka warung yang cukup lengkap, mulai dari jajanan anak kecil hingga kebutuhan rumah tangga seperti alat dapur, alat tulis dan semuanya. Itu semua cukup membantu mengurangi beban hidup keluargaku. 

Sekarang, semua anak dari ibuku menduduki perguruan tinggi, adikku, memilih untuk masuk kebidanan yang membutuhkan banyak biaya. Ibuku tak keberatan, asalkan untuk pendidikan, ibuku rela mengorbankan apapun. Untunglah almarhum kakekku sempat meninggalkan beberapa warisan yang cukup membiayai biaya pendidikanku dan saudaraku yang lain, temasuk adikku yang saat ini banyak membutuhkan biaya masuk ke jenjang yang lebih tinggi.

Saat ini, ibuku mulai berjuang untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Ibu yang dapat memberi contoh figure seorang yang tegar, mandiri dan tahan banting.

II. Nenekku Pahlawanku

Wonder womanku yang kedua, siapa lagi kalau bukan nenekku. Nenekku hidup dalam maduan. Walaupun telah menikah dengan kakekku, kakekku lebih cenderung ke istri pertamanya. Setiap aku berlibur di tempat nenekku, kakekku selalu datang kerumah untuk menjenguk sebentar. Mulai dari jam satu siang dan jam lima sore kakekku sudah kembali lagi ketempat istri pertamanya, mungkin karena kakekku seorang imam dikampung tempat istri pertama kakekku tinggal.

Saat aku mulai beranjak remaja, kakekku sakit parah, beliau terkena stroke selama bertahun-tahun. Dua tahun nenekku merawat kakekku yang saat itu benar-benar tak berdaya dan tak bisa apa-apa. Dengan rasa kasih sayang dan sabar serta rasa berbakti kepada kakekku, nenekku mengasuh kakekku siang malam. Setelah kakekku meninggal, nenekku tinggal sendiri dirumah, beliau sangat kuat, kuat lahir dan batinnya
.
Nenekku berjualan jamu racikan di pasar. Jarak pasar dari tempat nenekku sekitar lima kilometer. Untuk sampai di tempat nenekku berjualan, nenekku harus naik angkot dan dilanjut dengan naik becak. Nenekku selalu membawa tiga keranjang besar yang beratnya lebih dari lima kilo perkeranjangnya. Malam harinya, nenekku selalu menumbuk jamu racikannya, dan paginya nenekku mulai menghangatkan dan meracik jamunya. Jika nenekku tak enak badan, beliau menyuruh tetangganya untuk membantu meracikkan jamu-jamunya.

Nenekku semakin lama semakin berumur, ibuku menyuruhnya untuk berjualan jamu dirumah atau tinggal di tempat kami, tapi nenekku menolak untuk tinggal bersamaku dan keluargaku dirumah, beliau lebih memilih tinggal sendiri dirumah sambil berjualan jamu. Ibukupun membuatkan warung untuk nenekku untuk berjualan jamu. Tak berapa lama kakak pertamaku memutuskan untuk kuliah di kota tempat nenekku tinggal, yah paling tidak nenekku mempunyai teman disana selain kucing dan ayam-ayamnya. 

Perjuangan nenekku tak berhenti, nenekku berjuang menjaga kakakku disana, beliau selalu memberikan nasihat ini itu kepada kakakku. Saat kakakku pulang malam nenekku selalu menghawatirkan kakakku. Nenekku juga selalu memasakkan masakan yang enak dan terbaik untuk kakakku. Tadinya kakak pertamaku kurus dan kecil, tapi sekarang, dia sudah mulai gemuk dan berisi. 

Beberapa bulan yang lalu, ada seorang kakekku yang meminta nenekku untuk menjadi istrinya, beliau adalah suami dari almarhum kakak pertama nenekku. Sebelumnya kakek itu bertanya kepada ibuku, beliau memberanikan dirinya pergi kerumahku dan meminta ijin kepada ibuku. Butuh perjuangan bagi seorang kakek untuk menuju kerumahku. Memerlukan waktu dua jam lebih untuk mencapai rumahku dengan kendaraan umum, ya kalau orang tau, kalau orang belum tahu mungkin butuh waktu lebih walaupun rumahku tak jauh dari kota. Tak berapa lama kemudian, ibuku memberikan ijin kepada beliau untuk menikahi nenekku, akhirnya nenekku menikah dengan beliau.

Sekarang nenekku berjuang membina rumah tangga baru bersama kakek baruku. Mereka tinggal dirumah yang cukup asri dan damai di suatu desa. Tak lupa, kakakku masih sering ikut tinggal bersama dengan nenekku.

III. Si kurush-I Shanchai Kirei

Tadinya aku kira dia adalah seorang perempuan ceria tanpa beban dan hidup penuh kebahagiaan. Dugaanku salah ketika aku mulai dekat dengannya dan pernah berjuang hidup bersamanya disuatu kota yang sangat jauh. Pertama kali aku melihatnya, dia penuh tawa dan selalu ceria. Dia tak pernah terlihat sedih, gundah dan galau. Senyum selalu terpasang diwajah cantiknya. Tak kusangka, ternyata dia selalu tertawa disaat hatinya sedang terluka. Benar-benar wonder woman yang tegar. 

Saat aku bersamanya, dia bercerita banyak kepadaku. Dia selalu berusaha tertawa walaupun sebenarnya dia merasa tertekan dengan keadaannya yang selalu dipaksa untuk menjadi seorang yang sempurna oleh orang tuanya. Yang agak menyakitkan ketika dia tak dibolehkan pulang dari berlibur, orang tuanya menyuruhnya untuk belajar jauh dan tak usah pulang sebelum dia benar-benar menjadi ‘orang’. Disaat tertekan seperti itu, dia masih bisa menyembunyikan perasaannya dengan tertawa. 

Dia sering menangis ketika dia tau dia tak diperbolehkan orang tuanya untuk pulang. Ketika dia benar-benar sedih, dia mencoba menghubungi teman-temannya dan mengajaknya bercanda. Sungguh perempuan yang tegar.

IV. Shirow, si Pejalan Hebat Berhati Kuat 

Dia adalah sahabat lamaku di SMA dulu, dia asli Jakarta. Di kota tempatku tinggal, dia tinggal bersama dengan saudaranya. Jarak rumah saudaranya dengan sekolah sekitar dua sampai tiga kilometer. Dia biasa berangkat sekolah dengan naik angkot yang ditempuhnya dengan melewati jalan naik turun yang cukup panjang. Kakinya terlihat begitu besar dan kekar. Lengannya kuat dan saat menarik sesuatu, dialah yang mempunyai peran besar untuk menarik dan mengangkat benda-benda berat. 

Teringat aku saat SMA, ketika kita ingin pergi ke suatu tempat, kita memilih untuk berjalan kaki dari pada naik kendaraan, lebih hemat dan hebat. ^_^ 

Pernah suatu ketika, dia berlibur di tempat nenekku, karena ingin berhemat, kita berangkat dari kota tempatku tinggal sampai ke kota nenekku tinggal kita mengenakan rok sekolah dengan bejaket dan berjilbab serta memakai tas gendong, ceritanya kita mau ada janji sama teman di luar kota. Walaupun terkesan konyol, tapi misi kita berhasil untuk menuju kota tujuan dengan biaya murah. Tak hanya berbadan kuat, dia juga berhati kuat.

Sering dia kadang di bully, tapi dia tak pernah peduli. Dengan santainya dia tak hiraukan semua itu, yang penting dia senang, tak peduli orang mau berbuat apa dan berkata apa. Loe loe gue gue. 

Tak sampai disitu, sekarang dia kembali ke Jakarta. Dia mulai bekerja satu tahun yang lalu, uang kuliahnya dia biayai sendiri. Dia juga membeli motor dari uang hasi dia kerja sendiri. Wah benar-benar wonder woman, strong woman.

V. Ibu Sati, Tak Pernah Menyerah 

Beliau adalah guru TK ku. Dengan badan yang berisi dan berkulit hitam manis dengan tahi lalat di dagunya, beliau mengajar murid-murid TKnya dengan senyum, ya walau kadang agak jutek hehe.. 

Beliau bukan guru TK biasa, melainkan luar biasa. Tak hanya menjadi guru TK, beliau juga bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) untuk produk kecantikan. Jadi, di pagi hari beliau mengajar, dan di siang harinya beliau berkeliling untuk menjual produk kecantikan, Mantabbbb… 

Tak hanya saat aku kecil, ternyata sampai sekarang beliau masih bergelut dengan istilah “sale”. Kali ini yang beliau tawarkan bukan produk kecantikan, melainkan makanan ringan hasil olahannya sendiri. Sempat kemarin beliau menawarkan cemilan untuk ibuku dan berkilo telur asin buatannya. Tak kusangka beliau benar-benar wonder woman sejati.

VI. Miss Fera Bberhati Lapang 

Dia adalah kakak kostku di kota tempatku mencari ilmu. Dia sangat anggun dan bijaknsana. Berjilbab besar dan bertutur lembut, wajahnya mirip Saskia A. Meccaerempuan anggun yang lemah lembut. 

Dia mempunyai seorang kekasih yang sebaya dengannya, satu universitas tetapi berbeda fakultas. Dia sangat menyayangi kekasihnya, walaupun sering disakiti, dia tetap bertahan dengan kekasihnya. Hatinya lembut dan tegar bak baja. Pernah suatu ketika kekasihnya ‘menyeleweng’, tetapi dengan senyum dia masih mempertahankan rasa sayangnya kepada kekasihnya. Kekasihnya juga sudah berkali-kali meninggalkannya, tetapi dia masih berpegang teguh dengan pilihannya. Banyak yang melamarnya, lagi-lagi dengan senyum dia menolak calon-calon yang akan menjadi suaminya, dari yang berprofesi sebagai guru sampai orang sukses tak ada yang diterimanya karena hatinya masih untuk kekasihnya yang tak begitu jelas. 

Dia selalu mencoba memegang janji yang pernah dia ikrarkan untuk seorang kekasihnya yang benar-benar sudah kelewatan itu. Dengan sabar dan selalu berdoa dia tak melepaskan janji itu begitu saja. Dia masih bertahan bertahun-tahun. Tapi aku berharap dia akan mendapatkan pendamping yang terbaik yang dapat menjaga hatinya dan membahagiakannya. ^_^

VII. Eka, Si Rambut Kelinci

Ini dia sahabatku semasa SD. Dia adalah gadis lucu berambut kelinci. Semasa kecil rambutnya selalu dikuncir dua mirip telinga kelinci. Sekarang, dia tumbuh menjadi sosok perempuan kuat dan tegar. Bertahun-tahun dia ditinggal ibunya pergi ke luar negeri untuk bekerja disana. 

Ayahnya,,, aku tak tahu kisahnya, dia tak pernah menceritkan ayahnya dari kecil. Sekarang dia hidup dan bekerja untuk ikut membiayai sekolah ketiga adiknya yang masih kecil. Segala kesulitan yang dia punya, dihadapinya dengan senyum dan ucapan yang lemah lembut, membuatku terkesima ketika mendengar ceritanya.

Itulah beberapa kisah wonder women yang aku kenal. Semoga menjadi inspirasiku dan inspirasi kita semua. Kita di dunia tak hidup sendiri, kita punya banyak wonder women yang dapat menginspirasi kita menjadi seorang wonder women sejati. Wonder momen yang tegar, kuat dan mandiri.

Comments

Popular posts from this blog

I'm proud of my students ^_^

Are You Still on Fire?!?